Sorotan untuk UI: Tinggalkan Pola Perusahaan, Perkuat Akademik
Dalam perbincangan publik terkini, Universitas Indonesia (UI) kembali menghadapi sorotan tajam terkait model kepemimpinan kampus. Kritik utama muncul setelah rektor UI, Heri Hermansyah, menyatakan bahwa dekan ideal harus memiliki “corporate culture”. Pernyataan ini memantik kekhawatiran bahwa UI mulai menjelma menjadi institusi perusahaan, bukan lagi sekedar kampus akademik.
Eseni Kampus: Pendidikan, Riset, dan Integritas
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menegaskan bahwa kampus adalah ruang pengembangan ilmu, bukan mesin penghasil keuntungan. Menurutnya, jika UI di kelola seperti korporasi, maka orientasi dekan bisa bergeser dari memajukan riset dan kualitas pendidikan, menjadi fokus semata pada pendapatan.
Agus bahkan menyoroti sejarah komersialisasi di UI. Di masa lalu, program S2 magister semapt menjadi sangat komersial sampai memicu reaksi publik. Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan memiliki tata kelola yang berbeda dari perusahaan. Tujuan universitas bukan laba, melainkan mencetak ilmuwan, inovator, dan pemikir kritis.
Baca Juga: Belajar Digital untuk Anak Usia Dini, Lebih Seru dan Interaktif
Risiko Menyamar Jadi Korporasi
Penerapan budaya korporasi di kampus seperti UI dinilai berpotensi membahayakan esensi akademik. Bila struktur manajerial terlalu mengutamakan profit, integritas riset dan kebebasan akademik bisa tergerus.
Agus Pambagio mengingatkan bahwa posisi dekan seharusnya di pandang sebagai pemimpin intelektual. Mereka harus menjadi penggerak riset, inovasi, dan pembentukan karakter akademik, bukan sebagai manajer bisnis yang fokus pada angka angka keuangan saja.
Jika Ui terus meniru pola korporasi, dan risiko munculnya praktik transaksional dalam pengelolaan kampus. Nilai akademik bisa merosot karena pengelola justri menegakkan terget pendapatan dan bukan mendorong kualitas pendidikan.
Tata Kelola Profesional vs Komersialisasi
Namun, kritik terhadap “kampus bukan perusahaan” juga tak luptu dari tanggapan. Beberapa pihak, seperti peneliti dari indonesian politic and Policy Institute (IPPI) menyatakan bahwa tanpa manajemen profesional setara organisasi modern, kualitas akademik UI bisa menurun.
Menurut mereka, universitas dunia saat ini tidak hanya di nilai dari konten akademik, tetapi juga kapasitas institusi dalam mengelola riset, menjalin jejaring global, dan mengelola sumber daya secara efisien. Tanpa tata kelola modern, UI bisa tertinggal dalam persaingan global.
Namun, kritik bukan di arahkan pada manajemen profesional itu sendiri, melainkan komersialisasi berlebihan yang mengabaikan nilai akademik.
Seruan untuk Fokus Akademik
Seiring proses pemilihan dekan baru di UI, banyak pakar yang menyerukan agar kampus tetap mengutamakan fungsi inti: pendidikan dan riset. Agus Pambagio menyatakan bahwa peran dekan harus kembali ke akar, sebagai pempimpin intelektual yang mendorong riset, bukan manajer laba.
Ia juga mendorong agar pemerintah meningkatkan pendanaan untuk pendidikan tinggi, agar UI tidak terlalu bergantung pada model pendanaan komersial yang bisa menggerus independensi.
Jalan Tengah: Profesional tapi Akademik
Sebagian kalangan mengusulkan solusi seimbang: UI bisa mengadopsi prinsip manajemen profesional tanpa kehilangan jati diri akademik. Seperti menanamkan budaya kinerja akademik dengan indikator riset, publikasi, dan inovasi namun tetap menjunjung integritas ilmiah.
Rektor Heri Hermansyah sendiri pernah menyatakan bahwa kombinasi antara corporate culture dan academic cultur di perlukan: manajerial modern harus sejalan dengan kualitas akademik.
Kesimpulan
Kritik “kampus bukan perusahaan” terhadap UI menyuarakan sebuah pesan penting: perguruan tinggi harus tetap menjadi benteng ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi. Menjadikan kampus seperti korporasi bisa mengikis semangat akademik dan menggeser prioritas menjadi profit.
Namun di sisi lain, manajemen modern dan tata kelola profesional juga di butuhkan agar universitas dapat berkembang secara berkelanjutan dab bersaing secara global. Tantangannya adalah menemukan keseimbangan, antara efiseinsi dan integritas, antara inovasi dan kebijakan publik, antara manajemen dan pemikiran akademik.